Senin, 19 Desember 2011

Mereka Bisa, kita harus lebih BISA

Keterbatasan tidak membuatnya lemah. Kelemahannya merupakan sumber kekuatannya untuk sukses. Seseorang yang menurut kebanyakan orang  adalah seorang anak muda yang memiliki kekurangan. Sebagian yang lain menganggap dia adalah seseorang yang istimewa, termasuk saya.
Secara kasat mata, dia memang terlihat memiliki kekurangan. Difonis dokter mengidap penyakit langka yang tidak ada obatnya yang mengharuskannya untuk menghabiskan sisa hidupnya diatas kursi roda, bahkan diperkirakan umurnya tidak akan lebih dari 30 tahun. Hampir semua anggota tubuhnya tidak berfungsi. Salah satu anggota tubuh yang masih berfungsi dengan baik adalah tangan kanannya.
Dengan keterbatasannya, justru dia bisa menjadi pemuda yang membanggakan orang tuanya dan menginspirasikan banyak orang atas arti dari sebuah perjuangan.
Anda tahu siapa dia ? Dialah Habibie Afsyah, seorang anak muda yang bisa menunjukkan kepada dunia bahwa kelemahan bisa diubah menjadi sebuah kekuatan.
Habibie Afsyah terlahir sebagai anak yang sehat. Baru sekitar umur 8 bulan, Habibie kecil menunjukkan gejala-gejala yang tidak lazim, tidak seperti anak-anak normal lainnya. Di umurnya yang sekian Habibie belum bisa juga merangkak.  Kondisi ini membuat orang tua Habibie khawatir.
Kekhawatiran orang tuanya memang terbukti. Dokter memfonis Habibie mengidap penyakit langka yang disebut Muscular Dystrophy Progressive tipe Backer. Ada kelainan di otak kecil Habibie yang menyebabkan perkembangan syaraf motoriknya terganggu sehingga membuat pertumbuhannya terhambat dan mengalami kelainan. Bahkan dokter pun memfonis bahwa umurnya tidak akan lebih dari 30 tahun. Wallahu alam bish shawab.
Walaupun demikian orang tua Habibie tidak memposisikan anaknya sebagai orang yang mempunyai kekurangan. Habibie diperlakukan layaknya anak normal lainnya. Habibie kecil tidak dibiarkan hanya dirumah saja, tapi sering diajak ibunya untuk melihat dunia luar.
Orang tuanya sering mengikutsertakan Habibie dalam perlombaan-perlombaan, kadang membawanya  ke kantor untuk diperkenalkan oleh teman-teman kantornya. Ini mungkin yang membuat Habibie tumbuh berkembang menjadi pemuda yang percaya diri dan pantang menyerah.
Kasih sayang ibunda Habibie, tidaklah hanya sampai demikian.  Hingga pada suatu saat Habibie diikutsertakan ibunya mengikuti kursus internet marketing yang biayanya waktu itu sebesar 5 juta rupiah.  Bahkan demi anak tunggal yang amat disayanginya itu, ibunda Habibie harus merelakan mobil sewaannya dijual untuk membiaya kursus internet marketing tingkat advanced yang pada saat itu mencapai 15 juta rupiah. Pengorbanan yang tidak main-main, dari seorang ibu yang ingin melihat anaknya bahagia.
Dari hasil pendidikan yang diterapkan oleh orang tua Habibie sedari kecil dan pengalaman batin yang dialami sendiri oleh Habibie, akhirnya Habibie tumbuh menjadi pribadi yang ikhlas menerima segala kekurangannya dan menjadi pribadi yang bisa menjalani hidup dengan penuh kebanggaan.
Terakhir, saya kutip dari blog davitputra.net yang diambil dari 2 paragraf terakhir dari buku “Kelemahanku adalah Kekuatanku” karangan Habibie Afsyah. Mudah-mudahan bisa menjadi renungan bagi kita semua yang masih diberi keleluasaan dalam berkarya.
“Akhirnya, melalui buku ini,aku ingin mengajak Anda semua untuk mensyukuri apa pun yg telah dianugrahkan oleh Tuhan, termasuk diri kita sendiri. Diri kita adalah anugrah yang sangat berharga. Bagaimanapun kondisi kita, kita selalu punya pilihan untuk melejitkan potensi diri kita atau menidurkannya. kelemahan diri, termasuk keterbatasan fisik, tidak harus selalu berujung pada pelumpuhan diri. Pergulatan sudah pasti ada, tetapi kelemahan bisa diolah menjadi kekuatan”.
“Kalau Saya yang punya keterbatasan seperti ini saja bisa, Anda pasti bisa! Kemandirian dan kesuksesan adalah kodrat Anda”.

By: Octa Dwinanda